Dear riza
(satu nama yang kupilih di antara seribu wajah di jagat raya)
"Awalnya semua terasa hanya mimpi saja. Tapi,kita tak pernah tahu kapan rasa itu datangnya, tiba-tiba sudah di depan mata. Dan,tahu-tahu semuanya berubah begitu nyata..!!
Masih ingatkah dengan awal perjumpaan kita?
Pertemuan yang tanpa sengaja,menumbuhkan sebuah rasa. Tanpa tahu dari mana datangnya rasa itu.
Aku yang lancang mengirimkan sebuah pesan di wall facebook-mu. Dan kelancanganku itu teryata berbuah anugerah terindah bagiku. Tahu-tahu kita menjelma sepasang manusia yang saling bertukar cerita demi cerita walau kita tak sering bertemu kembali.
Memang terdengar absurd..!! Tapi, itulah kita. Hanya dengan sapa yang teretas dari mahluk yang bernama ''handphone'' kau dan aku tiba-tiba menjadi dekat. Perlahan,tapi pasti,endapan "rasa" itu telah membentuk gugusan bintang warna-warni yang memamerkan binar-binar ceria. Lebay ya...??
Tapi,kalau boleh aku bertanya: begitu bermaknakah perjumpaan kita yang pertama?
Kita beradu pandang tanpa kata tanpa penghalang. Mengeja dalamnya diri tentang sebuah rasa. Hanya lewat sapa yang meretas dikala senja menjelma dan di saat mata mulai terantuk di ujung kantuk,hadirmu melebihi wujud bidadari. Setidaknya,dalam presepsi yang kucipta.
Lalu,selalu saja kucari-cari jejakmu yang terhisap kangen tadi malam. Membawa khayalku dalam rindu yang mendalam. Resah,gundah menyelinap di balik senyum sederhanamu yang menyekat pagiku. Kenapa perjumpaan kita yang secepat embun itu menancapkan gelisah??
Sampai aku tak mampu melukiskan virus apa sebenarnya yang telah menggerogoti perasaanku.
Ahhhh.. ternyata perasaan itu datang begitu saja tanpa permisi tanpa jeda dan tanpa rencana.
Tahu-tahu,hadirmu yang sekejap mengerus anganku tunduk dalam syahdunya kata-kata yang memuja keindahan. Tak ingin kulari,tak ingin kuingkari. Sama saja kukhinati diri bila itu aku lakukan. Mengapa??
Ehhmmmmm... aku tak perlu bertanya. Semestinya kubiarkan saja mengalir adanya seperti air dan berhembus seperti angin. Air yang mengalir menuju muaranya,dan angin yang setia mengelitik dedaunan dengan senandung ninabobo.
Itulah kita! Mengurat cerita begitu saja. Tak peduli hari telah mengetuk di bibir pagi. Tak peduli jemari kita belum saling menggenggam sampai detik ini.Walau belum ada suatu ikatan yang suci yaitu pernikahan. Yang aku tahu,cerita itu ada. Cerita kita berdua,kau dan aku riza.
Siapa yang menyangka,tahu-tahu,"kita berdiri berjajar menjelma sepasang pohon bambu....
Menjadi tiang dan jembatan tanpa sebab...." Dan biarkan ini menjadi cinta,jika ini adalah segenap rasaku dan rasamu yang berbicara. Biarkan ini menjadi nyata,jika ini adalah hatiku dan hatimu yang jadi jembatanya. Biarkan ini menjadi bahagia,jika ini memang jalannya. Biarkan bahagia itu sendiri yang mencatat segala warasku menjadi ada. yang pasti,bahagiaku nyata bukan mengada-ada tentunya bersamamu riza.
Aku ingin kamu tahu,pandangan matamu telah membawaku pada keindahan yang bertubi-tubi.
Menyudutkanku di batas damba yang merasuk maju tanpa henti. Jika ini realitas,aku tak mau berhenti dan membiarkannya menjadi basi.
Reallllllyyy and truly,jika itu jawaban yang ingin kau simpan untuk cerita indahmu,hari ini,esok atau nanti. Seperti harapku yang ingin tenggelam magismu di senja yang mulai mengatup.Merebahkan emosi dalam tatap ceria yang terpancar dari indah dua bola matamu. Betapa dahaga ingin kuletupkan sejuta puisi keindahan untuk setiap inci kenangan yang telah tercipta detik itu. Merengkuhmu di timang matahari yang mulai menguning di tepi pantai kuta bali dan luluh dalam dahaga rindu yang meletup bisu.
semoga kelak kita bisa bersama....!!
yang pasti,hadirmu selalu membuatku termangu.
Hidup semestinya menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan.
Seperti halnya cinta. Tiba-tiba datang dan pergi tanpa permisi,lalu datang lagi dan pergi lagi. Tapi sungguh aku tak ingin kau pergi dari negri pengharapanku. Aku ingin kau bahagia bersamaku.
(satu nama yang kupilih di antara seribu wajah di jagat raya)
"Awalnya semua terasa hanya mimpi saja. Tapi,kita tak pernah tahu kapan rasa itu datangnya, tiba-tiba sudah di depan mata. Dan,tahu-tahu semuanya berubah begitu nyata..!!
Masih ingatkah dengan awal perjumpaan kita?
Pertemuan yang tanpa sengaja,menumbuhkan sebuah rasa. Tanpa tahu dari mana datangnya rasa itu.
Aku yang lancang mengirimkan sebuah pesan di wall facebook-mu. Dan kelancanganku itu teryata berbuah anugerah terindah bagiku. Tahu-tahu kita menjelma sepasang manusia yang saling bertukar cerita demi cerita walau kita tak sering bertemu kembali.
Memang terdengar absurd..!! Tapi, itulah kita. Hanya dengan sapa yang teretas dari mahluk yang bernama ''handphone'' kau dan aku tiba-tiba menjadi dekat. Perlahan,tapi pasti,endapan "rasa" itu telah membentuk gugusan bintang warna-warni yang memamerkan binar-binar ceria. Lebay ya...??
Tapi,kalau boleh aku bertanya: begitu bermaknakah perjumpaan kita yang pertama?
Kita beradu pandang tanpa kata tanpa penghalang. Mengeja dalamnya diri tentang sebuah rasa. Hanya lewat sapa yang meretas dikala senja menjelma dan di saat mata mulai terantuk di ujung kantuk,hadirmu melebihi wujud bidadari. Setidaknya,dalam presepsi yang kucipta.
Lalu,selalu saja kucari-cari jejakmu yang terhisap kangen tadi malam. Membawa khayalku dalam rindu yang mendalam. Resah,gundah menyelinap di balik senyum sederhanamu yang menyekat pagiku. Kenapa perjumpaan kita yang secepat embun itu menancapkan gelisah??
Sampai aku tak mampu melukiskan virus apa sebenarnya yang telah menggerogoti perasaanku.
Ahhhh.. ternyata perasaan itu datang begitu saja tanpa permisi tanpa jeda dan tanpa rencana.
Tahu-tahu,hadirmu yang sekejap mengerus anganku tunduk dalam syahdunya kata-kata yang memuja keindahan. Tak ingin kulari,tak ingin kuingkari. Sama saja kukhinati diri bila itu aku lakukan. Mengapa??
Ehhmmmmm... aku tak perlu bertanya. Semestinya kubiarkan saja mengalir adanya seperti air dan berhembus seperti angin. Air yang mengalir menuju muaranya,dan angin yang setia mengelitik dedaunan dengan senandung ninabobo.
Itulah kita! Mengurat cerita begitu saja. Tak peduli hari telah mengetuk di bibir pagi. Tak peduli jemari kita belum saling menggenggam sampai detik ini.Walau belum ada suatu ikatan yang suci yaitu pernikahan. Yang aku tahu,cerita itu ada. Cerita kita berdua,kau dan aku riza.
Siapa yang menyangka,tahu-tahu,"kita berdiri berjajar menjelma sepasang pohon bambu....
Menjadi tiang dan jembatan tanpa sebab...." Dan biarkan ini menjadi cinta,jika ini adalah segenap rasaku dan rasamu yang berbicara. Biarkan ini menjadi nyata,jika ini adalah hatiku dan hatimu yang jadi jembatanya. Biarkan ini menjadi bahagia,jika ini memang jalannya. Biarkan bahagia itu sendiri yang mencatat segala warasku menjadi ada. yang pasti,bahagiaku nyata bukan mengada-ada tentunya bersamamu riza.
Aku ingin kamu tahu,pandangan matamu telah membawaku pada keindahan yang bertubi-tubi.
Menyudutkanku di batas damba yang merasuk maju tanpa henti. Jika ini realitas,aku tak mau berhenti dan membiarkannya menjadi basi.
Reallllllyyy and truly,jika itu jawaban yang ingin kau simpan untuk cerita indahmu,hari ini,esok atau nanti. Seperti harapku yang ingin tenggelam magismu di senja yang mulai mengatup.Merebahkan emosi dalam tatap ceria yang terpancar dari indah dua bola matamu. Betapa dahaga ingin kuletupkan sejuta puisi keindahan untuk setiap inci kenangan yang telah tercipta detik itu. Merengkuhmu di timang matahari yang mulai menguning di tepi pantai kuta bali dan luluh dalam dahaga rindu yang meletup bisu.
semoga kelak kita bisa bersama....!!
yang pasti,hadirmu selalu membuatku termangu.
Hidup semestinya menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan.
Seperti halnya cinta. Tiba-tiba datang dan pergi tanpa permisi,lalu datang lagi dan pergi lagi. Tapi sungguh aku tak ingin kau pergi dari negri pengharapanku. Aku ingin kau bahagia bersamaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar