Siang itu pukul 11.30 wita, Matahari terlihat sangat angkuhnya sehingga bayangan makin terlihat dengan gagahnya.
Hai bayangan... tidakkah kau lelah menjadi bayanganku ?
Hai bayangan, kau datang tanpa permisi.. Pergi main pergi, tidakkah kau peduli pada tuanmu ini ?
Kau tak menua, sedangkan aku kian hari kian lusuh termakan usia dan kau tetap saja menjadi bayangan, yang gagah dan tetap terjaga.
Kau bayangan yang terkadang menenggelamkanku.
Kau bayangan yang tak pernah aku inginkan.
Kau datang bagai angin dari utara sedangkan aku hanya daun yang menyambutmu dengan gemerisik dalam dada.
Tahukan kau bayangan ? Kau adalah bayangan yang selalu aku ingin tinggalkan saat matahari menjelang.
Aku tak mau hidup dalam bayang - bayang.
Kau dulu memang bayangan yang selalu aku banggakan, kau dulu memang bayangan yang mengajariku waktu yang berharga.
Berulang kali aku mencoba menguncimu dalam ruang yang bernama kesepian.
Berulang kali pula aku gagal, kau selalu bisa menembus celah saat aku lengah.
Aku mohon padamu bayangan....
Setidaknya kau berikan aku waktu bersama matahari tanpa hadirmu, agar aku mengerti bahwa sinar mentarilah yg selalu menemani langkahku, bukan kamu bayangan.
Begitu banyak waktuku yang terbuang hanya untuk melihatmu bayangan.
Aku ingin melupakanmu tapi terkadang kau memang selalu tak bisa dilupakan
Walau kau terkadang terlihat angkuh saat berada diruang yang bernama kerinduan
Aku ingin lenyapkan kau bayangan
Tapi jiwa ini tak ada daya untuk melenyapkanmu
Karena kau memang bayang - bayang
Yang telah tercipta untukku, menemaniku sampai hilang jiwa raga.
Nb. Sebuah kenangan, penyesalan dan cinta terindah.
jika mencintaimu adalah luka setidaknya seluruh jiwaku sudah berlumuran darah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar